Oleh: Yusron, S.Pd., M.Si. (Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri)
Apa yang menentukan baik tidaknya sebuah sistem kesehatan? Apa yang menentukan adil-tidaknya sebuah sistem kesehatan? Dan bagaimana kita tahu bahwa sebuah sistem kesehatan telah berfungsi dengan sebaik-baiknya? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan subjek dari debat publik di sebagian besar negara di seluruh dunia.
(Gro Harlem Brundtland, Direktur Jenderal, World Health Organization, 2000)
Konstitusi World Health Organization (WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia) yang ada dalam Basic Documents: Forty-ninth edition (including amendments adopted up to 31 May 2019) (WHO, 2020:1) mendefinisikan kesehatan: Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity (Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan sekedar bebas dari penyakit atau kelemahan).
Tantangan kesehatan negara berkembang
Definisi tersebut, dapat memberikan dasar konseptual yang lebih baik untuk membahas beban penyakit ataupun tantangan kesehatan di negara berkembang. Tantangan Kesehatan yang utama adalah yang berkaitan dengan penyakit menular. AIDS, malaria, dan parasite merupaka tiga persoalan utama yang dihadapi negara-negara berkembang seperti Indonesia (Todaro and Smith, 2003:441). Sejumlah tantangan Kesehatan lain yang dihadapi negara-negara berkembang adalah:
No | Tantangan Kesehatan | Penjelasan |
1 | Kemiskinan absolut | Kemiskinan memainkan peran sentral dalam kebanyakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang, sehingga kemiskinan ini mempunyai pokok bahasannya sendiri di dalam Klasifikasi Internasional tentang Penyakit: Code Z59.5—kemiskinan ekstrem. |
2 | AIDS | Sekarang AIDS merupakan penyebab utama kematian dari orang dewasa usia kerja di Dunia Ketiga, yang jika tidak dikendalikan maka penyakit ini dapat menyebabkan Afrika sub Sahara menjadi kawasan yang paling menderita, sehingga dapat menyebabkan kemiskinan yang sangat parah selama paling tidak satu generasi berikutnya. |
3 | Tuberkulosis | TB telah merenggut nyawa kira-kira 3 juta jiwa setiap tahun. WHO memperkirakan bahwa sepertiga dari populasi dunia terinfeksi kuman TB, dan bahwa setiap tahun sekitar 8 juta kasus baru muncul dari “wadah infeksi” ini. Varian baru TB yang kebal terhadap obat-obatan, serta sulit dan mahal untuk diobati, sedang menyebar di sekitar 40 “zona bernahaya TB” di negara berkembang. |
4 | Hepatitis B | Hepatitis B sekarang telah menewaskan lebih dari 1 juta orang setiap tahun. |
5 | Askariasis | Parasit cacing gelang ascaris menyebabkan gejala-gejala klinis pada 21,4 juta penduduk di setiap waktu, kebanyakan anak-anak berusia 3 hingga 8 tahun, yang sering terinfeksi karena mengulum tangannya setelah bermain di tanah yang terkontaminasi, atau dengan memakan makanan yang tidak dimasak, yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi atau yang diairi dengan air yang tidak bersih. Infeksi yang paling parah menyebabkan kematian sebanyak kira-kira 60.000 jiwa per tahun, dan kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. |
6 | Kolera | Penyakit ini pernah menyurut, namun kembali mewabah dalam beberapa tahun terakhir di banyak negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, serta telah menyebar dalam pandeminya yang ketujuh. Dehidrasi yang tidak diobati karena diare yang parah dapat menyebabkan kematian. |
7 | Dengue | Meskipun banyak penyakit yang mematikan telah berhasil ditanggulangi, namun dengue dan demam berdarah sekarang telah menyebar dengan cepat mencapai jutaan kasus per tahun, dan menyebabkan ribuan kematian; sekitar setengah juta kasus memerlukan rawat inap di rumah sakit. |
8 | Lepra | Masih terdapat sekitar 600.000 kasus lepra baru setiap tahun. Di India dan di banyak negara berkembang terdapat antara 2 hingga 3 juta orang menjadi cacat karena lepra, termasuk mereka yang telah disembuhkan namun lumpuh sebelum mendapat pengobatan. |
9 | Dracunculiasis (penyakit cacing-guinea) | Sebuah penyakit yang menyerang sekitar 3 juta orang, yang sebagian besar adalah orang-orang paling miskin, yang tidak mempunyai akses bahkan ke air bersih. |
10 | Chagas | Sebuah penyakit yang menjangkiti sekitar 17 juta orang di Amerika Latin, dan menyebabkan kematian sekitar 45.000 jiwa per tahun. |
11 | Leishmaniasis | Sekelompok penyakit parasite yang menjangkiti sekitar 13 juta orang. Visceral leishmaniasis, yang juga disebut kala-azar, adalah bentuk yang paling mematikan. Hampir selalu mematikan jika tidak diobati, penyakit ini menyebabkan 80.000 kematian per tahun. |
12 | Lymphatic filariasis | Penyakit parasite yang masih menjangkiti sekitar 100 juta orang di negara berkembang. |
13 | Banyak penyakit parasit lainnya yang masih aktif | Termasuk Trichuris, yang sekarang telah menjangkiti sekitar 133 juta orang, dan cacing pita, yang menjangkiti sekitar 96 juta orang. |
Sumber: Todaro and Smith, 2003:443.
Tantangan transformasi digital kesehatan
Dilansir dari Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024, perkembangan era digital menjadikan integrasi data yang rutin dan berkualitas menjadi suatu komponen penting dalam mewujudkan transformasi digital. Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa data yang terintegrasi serta sistem pelayanan kesehatan yang lebih sederhana merupakan salah satu aspek yang harus terus ditingkatkan untuk mencapai Indonesia Sehat.
Pandemi Covid-19 mengakselerasi pelayanan kesehatan untuk bertransformasi menuju pelayanan kesehatan digital. Transformasi digital bukan lagi strategi alternative, melainkan suatu keharusan, change or die (Tribroto, 2023).
Pemanfaatan IT juga diiringi ancaman kejahatan siber yang marak dan canggih. Ada pembelajaran atas kasus ransom-ware di Indonesia yang menyangkut people, process, dan technology. People yakni upaya meningkatkan security awarenessuntuk seluruh organisasi. Process yakni peningkatan tata kelola keamanan siber level organisasi. Technology yakni meningkatkan kemampuan web filtering. Ancaman tersebut harus dihadapi (Tribroto, 2023).
Proses integrasi data pelayanan kesehatan yang lebih sederhana, nyatanya memiliki banyak tantangan. Banyaknya aplikasi kesehatan yang terbangun oleh pemerintah pusat, daerah, maupun pihak swasta menjadi tantangan dalam menuju integrasi sistem data kesehatan. Aplikasi yang seharusnya memudahkan dan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan justru menimbulkan masalah baru, seperti tersebarnya data di berbagai aplikasi yang ada dan memiliki standar yang berbeda-beda sehingga tidak mudah diintegrasikan dan kurang bisa dimanfaatkan. Berdasarkan hasil pemetaan saat ini terdapat lebih dari 400 aplikasi kesehatan dibangun atau dikembangkan oleh pemerintah pusat dan daerah. Jumlah tersebut dapat bertambah banyak jika ditambahkan dengan aplikasi- aplikasi spesifik, baik yang dibuat oleh pihak ketiga maupun yang dibuat oleh institusi kesehatannya itu sendiri. Masalah digitalisasi kesehatan yang lainnya terjadi ketika ditemukannya banyak data kesehatan yang masih terdokumentasi secara manual. Data kesehatan di beberapa daerah masih terdokumentasi menggunakan kertas dan tidak terintegrasi secara digital.
Tantangan utama dalam membangun data kesehatan nasional ada-lah lebih dari 80% fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini belum tersentuh teknologi digital, data yang terfragmentasi dan tersebar pada ratusan aplikasi sektor kesehatan yang bervariasi, serta keterbatasan regulasi dalam hal standardisasi dan pertukaran data.
Jutaan data dan ratusan aplikasi
Data kesehatan Indonesia kini masih tersebar dan terdapat banyak sistem yang bervariasi. Provider layanan kesehatan mendapatkan informasi parsial. Banyak yang belum terpetakan dari data yang ada. Dibutuhkan platform data terintegrasi untuk bisa mendukung internal Fasyankes dalam memaksimalkan pelayanan rumah sakit, terutama untuk memprediksi penyakit pasien.
Data terfragmentasi
Data kesehatan Indonesia kini masih tersebar dan terdapat banyak sistem yang bervariasi. Provider layanan kesehatan mendapatkan informasi parsial. Banyak yang belum terpetakan dari data yang ada. Platform data terintegrasi sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung internal Fasyankes dalam memaksimalkan pelayanan rumah sakit, terutama untuk memprediksi penyakit pasien.
Keterbatasan regulasi
Sektor kesehatan Indonesia mengalami keterbatasan untuk proteksi data, standardisasi data, serta hak dan privasi pasien. Kemampuan interoperabilitas diperlukan untuk dapat mengintegrasi semua sistem informasi dan aplikasi ke dalam database terpusat. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengguna, baik dari pasien maupun provider layanan.
Tantangan dalam layanan kesehatan menjadikan kebijakan kesehatan belum sepenuhnya berlandaskan pada data yang menyeluruh, serta pelayanan kesehatan belum terselenggara secara efisien. Oleh karena itu, perlu dipahami lebih lanjut permasalahan-permasalahan dalam ruang lingkup kesehatan yang ditinjau berdasarkan pengelompokan layanan: primer dan sekunder, farmalkes, ketahanan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan kesehatan, manajemen internal, dan bioteknologi.[*]