Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri menargetkan penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC) untuk mencapai target pemerintah pada tahun 2030, yakni eliminasi 65 kasus per 100.000 penduduk. Untuk mewujudkan hal tersebut pihak Dinkes menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi masalah kesehatan ini.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Kediri, dr. Bambang Triyono Putro, menjelaskan bahwa penanganan TBC tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi juga melibatkan berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) dan masyarakat. “Kita harus bekerja secara komprehensif untuk mencapai target pemerintah pada tahun 2030,” katanya usai rapat koordinasi percepatan penanggulangan TBC di Grand Surya Hotel, Rabu (23/10/2024).
Rapat ini dihadiri oleh berbagai stakeholder, termasuk Kepala Puskesmas dari 26 kecamatan, dan bertujuan untuk membahas langkah-langkah strategis dalam penanganan TBC. dr. Bambang menekankan bahwa sinergi antara semua pihak sangat penting agar penanganan penyakit menular ini dapat dilakukan secara efektif. Dia juga menjelaskan bahwa tim percepatan penanggulangan TBC, yang dibentuk pada akhir 2022, melibatkan berbagai pihak seperti BPJS, BPOM, dan Tim Penggerak PKK. “Kita tidak bisa bekerja sendiri. Semua pihak harus terlibat aktif sesuai dengan kapasitasnya masing-masing,” tegasnya.
Salah satu fokus utama dalam rakor tersebut adalah penemuan kasus TBC yang masih rendah di Kabupaten Kediri. Dari target 3.800 kasus pada 2024, baru 50% yang berhasil ditemukan.” Jika tidak ditemukan, penularan TBC akan terus berlanjut,” ungkapnya. Saat ini, angka kejadian TBC di Kabupaten Kediri mencapai 350 kasus per 100.000 penduduk, jauh di atas target eliminasi.
dr. Bambang juga meminta dukungan dari pemerintah desa dalam kegiatan dan upaya pencegahan TBC, termasuk aspek pendanaan. Dia berharap rakor ini dapat menginspirasi Kepala Desa untuk mengintegrasikan penanggulangan TBC ke dalam agenda musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) di masing-masing wilayah.
“Setiap kegiatan memerlukan dukungan finansial, dari Dinas Kesehatan saja itu tidak cukup. Kami juga memerlukan peran aktif pemerintah desa untuk mendukung pencegahan dan pengendalian penyakit menular di wilayah masing-masing,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Hermawan, spesialis paru-paru dari RSKK Pare Kediri, menjelaskan pentingnya edukasi kepada masyarakat. Menurutnya setiap batuk yang dianggap TBC harus diperiksa untuk mendapatkan penanganan yang tepat.” Dengan pengujian yang akurat, diharapkan kasus-kasus TBC dapat terdeteksi lebih awal dan dirawat dengan baik,” terangnya.
Dia juga berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap TBC. Adapun prinsip penyakit menular adalah memutus mata rantai. “Dengan komitmen dan kerja sama semua pihak, Kabupaten Kediri diharapkan dapat menurunkan angka TBC dan mencapai target eliminasi pada tahun 2030,” ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunmataraman.com dengan judul Dinkes Kabupaten Kediri Targetkan Penanganan TBC Sesuai Target Eliminasi 2030, https://mataraman.tribunnews.com/2024/10/24/dinkes-kabupaten-kediri-targetkan-penanganan-tbc-sesuai-target-eliminasi-2030. Penulis: Isya Anshori | Editor: eben haezer